Polemik Biopik: Bohemian Rhapsody

by - November 15, 2018

Sejak pertama kali mendengar kabar Queen akan dibuatkan film biografinya, saya termasuk salah satu dari ribuan orang yang antusias menantikan film ini. Apalagi setelah pihak Fox mengumumkan Rami Malek sebagai pemeran Freddie Mercury.

Kalau banyak orang susah melepas image Rami Malek sebagai Elliot, hacker misterius di serial Mr. Robot, saya justru mengingatnya sebagai Pharaoh yang adorable di trilogi Night at the Museum. Dengan kemampuan akting yang cukup baik, saya pikir casting director sudah mengambil keputusan tepat memberi Rami Malek untuk memerankan tokoh besar dan kompleks seperti Freddie.

Keinginan untuk nonton film ini makin kuat setelah melihat first look Rami Malek sebagai Freddie dalam replika konser Live AID yang juga jadi bagian dari film ini. Gesturnya mirip banget!

First look Rami Malek as Freddie Mercury © ew.com

Lalu bagaimana filmnya?

Sebagai film, Bohemian Rhapsody sangat memanjakan mata. Secara visual tampilan ala tahun 70-80an bisa dibilang konsisten mulai dari tone warna, kostum, tatanan rambut, motif karpet hingga font yang digunakan dalam film semuanya kental dengan suasana retro. Kalau Suicide Squad aja bisa menang nominasi Oscar, saya rasa Bohemian Rhapsody juga bisa.

Oke. Kalau ceritanya?

Nah kalau ceritanya, mungkin ini yang diributin banyak orang dan bikin penilaian ke Bohemian Rhapsody terpecah. Gak sedikit fans berat Queen yang merasa kalau film ini melenceng dari fakta. Deretan panjang ketidaksesuaian tersebut sudah diulas dengan apik oleh Tirto, silakan Anda cocokkan dengan filmnya.

Tapi bagi saya yang hanya sekadar bocah yang tumbuh bersama lagu-lagu Queen dan tidak mengikuti dengan seksama perjalanan karir Queen justru merasa bahwa film ini menarik dan tetap bisa dinikmati. Masalah cerita dalam film yang berbeda dengan fakta, bukankah George Custon pernah bilang kalau tidak usah mencari kebenaran sejarah pada film biografi musisi?.

Ada lagi pendapat yang bilang bahwa replika konser Live Aid adalah satu-satunya bagian terbaik dari Bohemian Rhapsody. Well i beg to differ. Termegah mungkin iya, mengingat gerakan Rami Malek benar-benar dibuat mirip dengan aslinya, plus tatanan gelas minuman di atas piano dan detil minor lainnya. Tapi kalau dianggap sebagai bagian terbaik, saya rasa ada beberapa bagian dari film ini yang perlu diapresiasi.

Misalnya, dinamika hubungan antara Freddie Mercury dengan ayahnya, sesi rekaman Bohemian Rhapsody, dan tentunya perjalanan asmara Mary & Freddie. Bohemian Rhapsody juga punya celetukan-celetukan lucu yang menghibur. Selain itu, kucing-kucing Freddie juga menggemaskan sekali!.

Meksipun harus diakui ada juga beberapa bagian yang mmebuat film ini terasa kedodoran seperti ketika Freddie tiba-tiba mendapat wangsit untuk menulis Bohemian Rhapsody, atau tentang perjalanan Freddie menemukan bahwa ia ternyata biseksual.


Mungkin benar kalau sebaiknya judulnya jangan Bohemian Rhapsody tapi Freddie Mercury saja. Rami Malek yang saya lihat di Bohemian Rhapsody sangat berbeda dengan Rami yang biasa saya lihat di film-film sebelumnya. Kalau gelaran Oscar diadakan sekarang, saya sangat berharap Rami Malek bisa menang untuk kategori aktor terbaik.

Harus nonton Bohemian Rhapsody atau enggak?

Terlepas dari kontroversi dan berbagai polemik yang ada di film ini, saya sarankan kamu untuk nonton film ini. Gak perlu jadi fans berat Queen untuk nonton Bohemian Rhapsody. Yang gak tau lagu-lagunya Queen pun boleh kok nonton Bohemian Rhapsody. Gak tiap hari lho kamu boleh tepuk tangan dan menghentakkan kaki ala We Will Rock You di bioskop...













You May Also Like

0 comments

Pengisi Daya

Aku selalu bilang pada diriku sendiri, bahwa mencintaimu ini sebenarnya urusan mudah.  Kamu mungkin tidak menyadarinya, tapi setiap berada d...

Polemik Biopik: Bohemian Rhapsody

Sejak pertama kali mendengar kabar Queen akan dibuatkan film biografinya, saya termasuk salah satu dari ribuan orang yang antusias menantikan film ini. Apalagi setelah pihak Fox mengumumkan Rami Malek sebagai pemeran Freddie Mercury.

Kalau banyak orang susah melepas image Rami Malek sebagai Elliot, hacker misterius di serial Mr. Robot, saya justru mengingatnya sebagai Pharaoh yang adorable di trilogi Night at the Museum. Dengan kemampuan akting yang cukup baik, saya pikir casting director sudah mengambil keputusan tepat memberi Rami Malek untuk memerankan tokoh besar dan kompleks seperti Freddie.

Keinginan untuk nonton film ini makin kuat setelah melihat first look Rami Malek sebagai Freddie dalam replika konser Live AID yang juga jadi bagian dari film ini. Gesturnya mirip banget!

First look Rami Malek as Freddie Mercury © ew.com

Lalu bagaimana filmnya?

Sebagai film, Bohemian Rhapsody sangat memanjakan mata. Secara visual tampilan ala tahun 70-80an bisa dibilang konsisten mulai dari tone warna, kostum, tatanan rambut, motif karpet hingga font yang digunakan dalam film semuanya kental dengan suasana retro. Kalau Suicide Squad aja bisa menang nominasi Oscar, saya rasa Bohemian Rhapsody juga bisa.

Oke. Kalau ceritanya?

Nah kalau ceritanya, mungkin ini yang diributin banyak orang dan bikin penilaian ke Bohemian Rhapsody terpecah. Gak sedikit fans berat Queen yang merasa kalau film ini melenceng dari fakta. Deretan panjang ketidaksesuaian tersebut sudah diulas dengan apik oleh Tirto, silakan Anda cocokkan dengan filmnya.

Tapi bagi saya yang hanya sekadar bocah yang tumbuh bersama lagu-lagu Queen dan tidak mengikuti dengan seksama perjalanan karir Queen justru merasa bahwa film ini menarik dan tetap bisa dinikmati. Masalah cerita dalam film yang berbeda dengan fakta, bukankah George Custon pernah bilang kalau tidak usah mencari kebenaran sejarah pada film biografi musisi?.

Ada lagi pendapat yang bilang bahwa replika konser Live Aid adalah satu-satunya bagian terbaik dari Bohemian Rhapsody. Well i beg to differ. Termegah mungkin iya, mengingat gerakan Rami Malek benar-benar dibuat mirip dengan aslinya, plus tatanan gelas minuman di atas piano dan detil minor lainnya. Tapi kalau dianggap sebagai bagian terbaik, saya rasa ada beberapa bagian dari film ini yang perlu diapresiasi.

Misalnya, dinamika hubungan antara Freddie Mercury dengan ayahnya, sesi rekaman Bohemian Rhapsody, dan tentunya perjalanan asmara Mary & Freddie. Bohemian Rhapsody juga punya celetukan-celetukan lucu yang menghibur. Selain itu, kucing-kucing Freddie juga menggemaskan sekali!.

Meksipun harus diakui ada juga beberapa bagian yang mmebuat film ini terasa kedodoran seperti ketika Freddie tiba-tiba mendapat wangsit untuk menulis Bohemian Rhapsody, atau tentang perjalanan Freddie menemukan bahwa ia ternyata biseksual.


Mungkin benar kalau sebaiknya judulnya jangan Bohemian Rhapsody tapi Freddie Mercury saja. Rami Malek yang saya lihat di Bohemian Rhapsody sangat berbeda dengan Rami yang biasa saya lihat di film-film sebelumnya. Kalau gelaran Oscar diadakan sekarang, saya sangat berharap Rami Malek bisa menang untuk kategori aktor terbaik.

Harus nonton Bohemian Rhapsody atau enggak?

Terlepas dari kontroversi dan berbagai polemik yang ada di film ini, saya sarankan kamu untuk nonton film ini. Gak perlu jadi fans berat Queen untuk nonton Bohemian Rhapsody. Yang gak tau lagu-lagunya Queen pun boleh kok nonton Bohemian Rhapsody. Gak tiap hari lho kamu boleh tepuk tangan dan menghentakkan kaki ala We Will Rock You di bioskop...













No comments: