Here comes the final NBL Indonesia 2011

by - March 15, 2011

Berangkat/Enggak/Berangkat/Enggak/Berangkat/Enggak....

Berangkat.

Iya akhirnya saya memutuskan untuk nonton Final NBL di Surabaya setelah sebelumnya ragu-ragu karena isu tiket sudah sold out dan jam tanding yang terlalu malam. Kalau misalnya tinggal di Surabaya sih nggak masalah, tapi saya kan tinggal di Malang, 2 jam perjalanan dari Surabaya, yang mana hal itu nggak terlalu jadi masalah juga sih sebenarnya, hehe..

Singkat cerita, saya sudah berada di DBL Arena. Sejauh mata memandang banyak terlihat pengunjung yang berbaju ungu-pendukung tuan rumah, saya mencari sesama pemakai kaos “We Are Spartan” Pelita Jaya Esia tapi tidak terlihat satu pun. Mungkin ada, tapi sudah duduk di dalam. Saya memang baru sampai di DBL Arena ketika game Pelita Jaya Esia lawan Aspac sudah mulai.

Di tangga dekat ruang ganti pemain, saya melihat pemain Aspac menuju ruang ganti disusul para pemain Pelita Jaya yang semuanya menunjukkan wajah tegang, hanya coach Fari yang tetap terlihat tenang. Hm.. Apa gerangan yang saya lewatkan?

Setelah dapat tempat duduk dan melihat papan skor, ternyata Pelita Jaya tertinggal 13 poin dari Aspac. Sepanjang kuarter kedua Pelita Jaya hanya mampu menambah 9 poin, sementara Aspac berhasil menambahkan 16 poin dengan skor akhir di kuarter kedua 19-32. Pantas saja wajah Kelly tadi tampak seperti ingin makan orang.

Kuarter ketiga seperti menjadi momentum kebangkitan Pelita Jaya. Ary Chandra menghidupkan permainan dengan melancarkan serangan yang cepat dan tidak terduga. Di akhir kuarter Aspac masih unggul atas Pelita Jaya 41-44.

Panasnya kuarter keempat dibuka dengan tembakan 3 poin dari Gandhi yang menyamakan kedudukan 44 sama. Dibalas Pringgo dengan another 3 points. Adu 3 poin terus berlanjut sampai skor 55 sama. Setiap Aspac unggul, Pelita Jaya berusaha mengejar. Di bawah 3 menit, Tile membawa Pelita Jaya unggul 57-55 yang segera dibalas 2 poin dari Thoyib. Skor kembali berimbang, akankah terjadi overtime?

Nggak ternyata. Tembakan 3 poin dari Kelly membuka jalan Pelita Jaya. Free throw dari Mario Gerungan hanya menambah satu poin bagi Aspac, dibalas Popo dengan 2 poin. Selisih 4 angka, Mario Gerungan berhasil menipiskan jarak melalui tembakan 3 poin, tetapi sisa waktu yang ada terlalu sempit bagi Aspac untuk membalik kedudukan. Kemenangan milik Pelita Jaya Esia, selamat para Spartan!

And then.. here comes the final game ...


Openingnya keren!. Lapangan ditutup dengan layar putih. Lampu dimatikan. Kemudian drop screen menjulur dari 4 sisi di tengah lapangan. Di layar tersebut ditampilkan video highlights NBL selama seri reguler. Lalu muncul kembang api dari kanan dan kiri lapangan. Drop screen dijatuhkan, lampu sorot mengarahkan perhatian penonton pada DJ Gloria di salah satu sudut lapangan yang diubah menjadi DJ booth. Dan saya baru sadar kalau ada layar led screen di dalam gedung ini. Rupanya Azrul benar-benar ingin membawa suasana Staples Center di DBL Arena. Tidak heran kalau opening seri pertama dan championship series NBL diadakan di Surabaya. Sepertinya hanya gedung DBL Arena yang mendukung pertunjukan dengan konsep seperti itu.

Kedua tim dipanggil untuk masuk lapangan. Terasa semangat yang berbeda ketika mereka berlari masuk lapangan. Satria Muda berlari dengan semangat “Where’s the trophy? We’re here to bring it home”. Sedangkan CLS berlari dengan semangat “This is our home, and we’re ready to play”. Yang satu siap perang, yang satu lagi semangat untuk bersenang-senang. Siapa kira-kira yang menang? :D

Kanan-kiri saya kemarin adalah pendukung CLS sementara saya bukan. Sepanjang game, saya bersorak sendirian ketika Faisal lolos dari penjagaan dan mencetak poin, ketika tembakan 3 poin Amin Prihantono masuk dengan mulus, ketika duet maut Dodo dan Sondakh berhasil menembus pertahanan CLS. Seru!.

“Satria Muda adalah Faisal J. Ahmad”. Ternyata nggak juga. Motor permainan SMB kemarin adalah Dodo dan Youbel Sondakh walaupun Faisal tentu saja masih sangat berbahaya. Tertinggal di kuarter pertama, dibayar Dodo dengan menyumbang 10 poin di kuarter kedua. Kuarter ketiga CLS kejar setoran melalui Agus Tony, Febri dan Elia Bukit. Kerja sama gemilang antara Welly Situmorang, Sondakh dan Agung Sunarko membawa Satria Muda unggul 42-48 sementara permainan CLS sendiri sering terlihat tidak fokus.

Teriakan menderu dari suporter CLS tidak mampu menggoyahkan permainan Satria Muda. Faisal yang menjadi sasaran utama “boo-ing” nyatanya tetap bermain tengil seperti biasanya. Satria Muda semakin mendominasi kuarter keempat dengan skor 50-63. Beberapa detik terakhir ketika Rony Gunawan bersiap melakukan tembakan bebas, Sondakh, Dodo, Asun sudah berpelukan memastikan gelar juara di tangan. Final buzzer berbunyi, Satria Muda mempertahankan gelar juara untuk keenam kalinya sekaligus mengukuhkan diri sebagai juara pertama NBL Indonesia 2011.

Huff... Selamat Satria Muda!!

Sebenarnya akan lebih seru kalau NBL punya juara baru. Dominasi PJE di seri reguler membuat harapan itu mungkin saja terwujud, sayang PJE harus kalah dari CLS di semifinal. Harus diakui kalau tim Satria Muda masih yang terbaik dari banyak segi. Pantas kalau mereka mendapat NBL Indonesia Award 2011 kategori Best Management.

Secara keseluruhan, penyelenggaraan NBL tahun ini terbilang cukup baik walaupun memang ada beberapa hal yang masih bisa ditingkatkan lagi. Seperti taglinenya “New Season, New hope For Indonesia”, menurut saya, "yes there is a new hope for Indonesian basketball”. Saran untuk musim berikutnya mungkin bisa dipertimbangkan untuk diadakan NBL All Star? :D

Pendukung Garuda Flexi Bandung yang malam itu mengenakan kaos Spartan Pelita Jaya Esia dan menjagokan Satria Muda Britama



Sungguh sebuah keputusan yang tepat untuk nonton langsung final NBL di DBL Arena :).



PS: To all Faisal haters, iya saya tahu dia kadang tampak terlihat songong atau menyebalkan kalau dilihat dari tv. Tapi coba deh untuk ketemu dan ngobrol langsung, percayalah bahwa dia tidak senyebelin kelihatannya. Semua kesongongannya hanya ada di lapangan belaka. Tipuan kamera ituuu, hehehe...

You May Also Like

0 comments

Pengisi Daya

Aku selalu bilang pada diriku sendiri, bahwa mencintaimu ini sebenarnya urusan mudah.  Kamu mungkin tidak menyadarinya, tapi setiap berada d...

Here comes the final NBL Indonesia 2011

Berangkat/Enggak/Berangkat/Enggak/Berangkat/Enggak....

Berangkat.

Iya akhirnya saya memutuskan untuk nonton Final NBL di Surabaya setelah sebelumnya ragu-ragu karena isu tiket sudah sold out dan jam tanding yang terlalu malam. Kalau misalnya tinggal di Surabaya sih nggak masalah, tapi saya kan tinggal di Malang, 2 jam perjalanan dari Surabaya, yang mana hal itu nggak terlalu jadi masalah juga sih sebenarnya, hehe..

Singkat cerita, saya sudah berada di DBL Arena. Sejauh mata memandang banyak terlihat pengunjung yang berbaju ungu-pendukung tuan rumah, saya mencari sesama pemakai kaos “We Are Spartan” Pelita Jaya Esia tapi tidak terlihat satu pun. Mungkin ada, tapi sudah duduk di dalam. Saya memang baru sampai di DBL Arena ketika game Pelita Jaya Esia lawan Aspac sudah mulai.

Di tangga dekat ruang ganti pemain, saya melihat pemain Aspac menuju ruang ganti disusul para pemain Pelita Jaya yang semuanya menunjukkan wajah tegang, hanya coach Fari yang tetap terlihat tenang. Hm.. Apa gerangan yang saya lewatkan?

Setelah dapat tempat duduk dan melihat papan skor, ternyata Pelita Jaya tertinggal 13 poin dari Aspac. Sepanjang kuarter kedua Pelita Jaya hanya mampu menambah 9 poin, sementara Aspac berhasil menambahkan 16 poin dengan skor akhir di kuarter kedua 19-32. Pantas saja wajah Kelly tadi tampak seperti ingin makan orang.

Kuarter ketiga seperti menjadi momentum kebangkitan Pelita Jaya. Ary Chandra menghidupkan permainan dengan melancarkan serangan yang cepat dan tidak terduga. Di akhir kuarter Aspac masih unggul atas Pelita Jaya 41-44.

Panasnya kuarter keempat dibuka dengan tembakan 3 poin dari Gandhi yang menyamakan kedudukan 44 sama. Dibalas Pringgo dengan another 3 points. Adu 3 poin terus berlanjut sampai skor 55 sama. Setiap Aspac unggul, Pelita Jaya berusaha mengejar. Di bawah 3 menit, Tile membawa Pelita Jaya unggul 57-55 yang segera dibalas 2 poin dari Thoyib. Skor kembali berimbang, akankah terjadi overtime?

Nggak ternyata. Tembakan 3 poin dari Kelly membuka jalan Pelita Jaya. Free throw dari Mario Gerungan hanya menambah satu poin bagi Aspac, dibalas Popo dengan 2 poin. Selisih 4 angka, Mario Gerungan berhasil menipiskan jarak melalui tembakan 3 poin, tetapi sisa waktu yang ada terlalu sempit bagi Aspac untuk membalik kedudukan. Kemenangan milik Pelita Jaya Esia, selamat para Spartan!

And then.. here comes the final game ...


Openingnya keren!. Lapangan ditutup dengan layar putih. Lampu dimatikan. Kemudian drop screen menjulur dari 4 sisi di tengah lapangan. Di layar tersebut ditampilkan video highlights NBL selama seri reguler. Lalu muncul kembang api dari kanan dan kiri lapangan. Drop screen dijatuhkan, lampu sorot mengarahkan perhatian penonton pada DJ Gloria di salah satu sudut lapangan yang diubah menjadi DJ booth. Dan saya baru sadar kalau ada layar led screen di dalam gedung ini. Rupanya Azrul benar-benar ingin membawa suasana Staples Center di DBL Arena. Tidak heran kalau opening seri pertama dan championship series NBL diadakan di Surabaya. Sepertinya hanya gedung DBL Arena yang mendukung pertunjukan dengan konsep seperti itu.

Kedua tim dipanggil untuk masuk lapangan. Terasa semangat yang berbeda ketika mereka berlari masuk lapangan. Satria Muda berlari dengan semangat “Where’s the trophy? We’re here to bring it home”. Sedangkan CLS berlari dengan semangat “This is our home, and we’re ready to play”. Yang satu siap perang, yang satu lagi semangat untuk bersenang-senang. Siapa kira-kira yang menang? :D

Kanan-kiri saya kemarin adalah pendukung CLS sementara saya bukan. Sepanjang game, saya bersorak sendirian ketika Faisal lolos dari penjagaan dan mencetak poin, ketika tembakan 3 poin Amin Prihantono masuk dengan mulus, ketika duet maut Dodo dan Sondakh berhasil menembus pertahanan CLS. Seru!.

“Satria Muda adalah Faisal J. Ahmad”. Ternyata nggak juga. Motor permainan SMB kemarin adalah Dodo dan Youbel Sondakh walaupun Faisal tentu saja masih sangat berbahaya. Tertinggal di kuarter pertama, dibayar Dodo dengan menyumbang 10 poin di kuarter kedua. Kuarter ketiga CLS kejar setoran melalui Agus Tony, Febri dan Elia Bukit. Kerja sama gemilang antara Welly Situmorang, Sondakh dan Agung Sunarko membawa Satria Muda unggul 42-48 sementara permainan CLS sendiri sering terlihat tidak fokus.

Teriakan menderu dari suporter CLS tidak mampu menggoyahkan permainan Satria Muda. Faisal yang menjadi sasaran utama “boo-ing” nyatanya tetap bermain tengil seperti biasanya. Satria Muda semakin mendominasi kuarter keempat dengan skor 50-63. Beberapa detik terakhir ketika Rony Gunawan bersiap melakukan tembakan bebas, Sondakh, Dodo, Asun sudah berpelukan memastikan gelar juara di tangan. Final buzzer berbunyi, Satria Muda mempertahankan gelar juara untuk keenam kalinya sekaligus mengukuhkan diri sebagai juara pertama NBL Indonesia 2011.

Huff... Selamat Satria Muda!!

Sebenarnya akan lebih seru kalau NBL punya juara baru. Dominasi PJE di seri reguler membuat harapan itu mungkin saja terwujud, sayang PJE harus kalah dari CLS di semifinal. Harus diakui kalau tim Satria Muda masih yang terbaik dari banyak segi. Pantas kalau mereka mendapat NBL Indonesia Award 2011 kategori Best Management.

Secara keseluruhan, penyelenggaraan NBL tahun ini terbilang cukup baik walaupun memang ada beberapa hal yang masih bisa ditingkatkan lagi. Seperti taglinenya “New Season, New hope For Indonesia”, menurut saya, "yes there is a new hope for Indonesian basketball”. Saran untuk musim berikutnya mungkin bisa dipertimbangkan untuk diadakan NBL All Star? :D

Pendukung Garuda Flexi Bandung yang malam itu mengenakan kaos Spartan Pelita Jaya Esia dan menjagokan Satria Muda Britama



Sungguh sebuah keputusan yang tepat untuk nonton langsung final NBL di DBL Arena :).



PS: To all Faisal haters, iya saya tahu dia kadang tampak terlihat songong atau menyebalkan kalau dilihat dari tv. Tapi coba deh untuk ketemu dan ngobrol langsung, percayalah bahwa dia tidak senyebelin kelihatannya. Semua kesongongannya hanya ada di lapangan belaka. Tipuan kamera ituuu, hehehe...

No comments: