Corona sucks

by - May 03, 2020

Karantina karena virus Corona sudah masuk minggu ke 8 atau lebih, tergantung kamu memulainya sejak kapan. Cuitan kerinduan untuk kembali aktif di luar rumah sudah banyak terdengar sejak minggu-minggu pertama karantina–sebuah kerinduan yang saya yakin kamu juga merasakannya.

Menghabiskan 24 jam sehari di dalam rumah sering membuat saya berpikir macam-macam. Baru saja berhasil membuat what so called resolusi tahun baru yang tidak pernah berhasil saya buat di tahun-tahun sebelumnya, eh harus bersiap kalau rencana-rencana tersebut gagal. Rasanya saya memang nggak cocok untuk bikin rencana sendirian.

Kalau dirinci, yang saya sebut pikiran 'macam-macam' tadi isinya lebih banyak soal kemungkinan-kemungkinan terburuk daripada sejumlah rencana-rencana dan harapan baik. Suram memang. Di masa-masa yang serba tak pasti seperti sekarang ini saya rasa berpikir demikian menjadi lebih realistis daripada melambungkan harapan setinggi-tingginya.

I miss playing outside © pexels.com

Selama karantina, hiburan yang saya anggap mewah seperti streaming film sambil goler-goler ternyata harus turun kasta jadi hiburan harian. Saya rindu ke bioskop, beli tiket last minute, dan sedikit

Main kejar-kejaran sama anak yang biasanya hanya bisa sebentar setelah jam kerja, sekarang justru bisa dilakukan sepanjang hari-setiap anaknya minta. Rasanya lucu juga karena selama ini saya juga kerja dari rumah. Lalu ketika balik ngantor dan balik kerja dari rumah lagi, rutinitasnya terasa berbeda.

Resep-resep yang selama ini hanya disimpan, satu per satu mulai dicoba. Meskipun belum sempurna tapi cukup menumbuhkan rasa percaya diri bahwa semua orang pasti bisa memasak, termasuk saya.

Ngomong-ngomong, ada sedikit perubahan yang saya rasakan belakangan ini. Saya jadi lebih gampang memuji orang, hehe. Ini berlaku di WhatsApp atau Instagram. Kalo dulu saya mo muji orang aja mikir, takut dianggap aneh, sok kenal, atau pansos (?). Tapi belakangan saya ga mikir dua kali untuk memuji orang lain apalagi temen-temen yang saya kenal. Apa aja saya puji: foto masakannya, foto kucingnya, foto bajunya, brosnya, cerita-cerita absurdnya, upload-an lagu Spotifynya. Banyak lah.

Mungkin jadi terkesan spamming, tapi ya bodo amat. Saya cuma mau mengapresiasi aja. Mungkin saya cuma bosan dan memuji mereka ternyata membuat saya merasa lebih baik dan ikut bersemangat. Mungkin juga saya takut kalo saya ga punya waktu banyak untuk bisa memuji karya-karya mereka.

Bahkan ke hal-hal sepele yang mereka lakukan untuk saya pribadi pun bisa saya ucapkan terima kasih habis-habisan. Entah. Moodnya lagi begitu.

Bikin mikir juga, kenapa sebelum-sebelumnya saya ga kayak gini ya? Padahal rasanya menyenangkan sekali. Mungkin ini bisa jadi kebiasaan baru yang akan saya pertahankan kalau Corona ini berakhir. Plus bonus saya mungkin akan lebih sering memeluk dan minimal cipika cipiki dengan mereka. Janji.

Kamu sendiri, ada perubahan apa selama masa karantina?

Segini dulu deh curhat saya selama Corona. Agak sedih juga postingan pertama tahun 2020 ternyata isinya pandemi. 

Kamu sehat-sehat selalu ya, lain kali kalo kita ketemu, i want to hug you. i love you. stay alive :*




You May Also Like

0 comments

Pengisi Daya

Aku selalu bilang pada diriku sendiri, bahwa mencintaimu ini sebenarnya urusan mudah.  Kamu mungkin tidak menyadarinya, tapi setiap berada d...

Corona sucks

Karantina karena virus Corona sudah masuk minggu ke 8 atau lebih, tergantung kamu memulainya sejak kapan. Cuitan kerinduan untuk kembali aktif di luar rumah sudah banyak terdengar sejak minggu-minggu pertama karantina–sebuah kerinduan yang saya yakin kamu juga merasakannya.

Menghabiskan 24 jam sehari di dalam rumah sering membuat saya berpikir macam-macam. Baru saja berhasil membuat what so called resolusi tahun baru yang tidak pernah berhasil saya buat di tahun-tahun sebelumnya, eh harus bersiap kalau rencana-rencana tersebut gagal. Rasanya saya memang nggak cocok untuk bikin rencana sendirian.

Kalau dirinci, yang saya sebut pikiran 'macam-macam' tadi isinya lebih banyak soal kemungkinan-kemungkinan terburuk daripada sejumlah rencana-rencana dan harapan baik. Suram memang. Di masa-masa yang serba tak pasti seperti sekarang ini saya rasa berpikir demikian menjadi lebih realistis daripada melambungkan harapan setinggi-tingginya.

I miss playing outside © pexels.com

Selama karantina, hiburan yang saya anggap mewah seperti streaming film sambil goler-goler ternyata harus turun kasta jadi hiburan harian. Saya rindu ke bioskop, beli tiket last minute, dan sedikit

Main kejar-kejaran sama anak yang biasanya hanya bisa sebentar setelah jam kerja, sekarang justru bisa dilakukan sepanjang hari-setiap anaknya minta. Rasanya lucu juga karena selama ini saya juga kerja dari rumah. Lalu ketika balik ngantor dan balik kerja dari rumah lagi, rutinitasnya terasa berbeda.

Resep-resep yang selama ini hanya disimpan, satu per satu mulai dicoba. Meskipun belum sempurna tapi cukup menumbuhkan rasa percaya diri bahwa semua orang pasti bisa memasak, termasuk saya.

Ngomong-ngomong, ada sedikit perubahan yang saya rasakan belakangan ini. Saya jadi lebih gampang memuji orang, hehe. Ini berlaku di WhatsApp atau Instagram. Kalo dulu saya mo muji orang aja mikir, takut dianggap aneh, sok kenal, atau pansos (?). Tapi belakangan saya ga mikir dua kali untuk memuji orang lain apalagi temen-temen yang saya kenal. Apa aja saya puji: foto masakannya, foto kucingnya, foto bajunya, brosnya, cerita-cerita absurdnya, upload-an lagu Spotifynya. Banyak lah.

Mungkin jadi terkesan spamming, tapi ya bodo amat. Saya cuma mau mengapresiasi aja. Mungkin saya cuma bosan dan memuji mereka ternyata membuat saya merasa lebih baik dan ikut bersemangat. Mungkin juga saya takut kalo saya ga punya waktu banyak untuk bisa memuji karya-karya mereka.

Bahkan ke hal-hal sepele yang mereka lakukan untuk saya pribadi pun bisa saya ucapkan terima kasih habis-habisan. Entah. Moodnya lagi begitu.

Bikin mikir juga, kenapa sebelum-sebelumnya saya ga kayak gini ya? Padahal rasanya menyenangkan sekali. Mungkin ini bisa jadi kebiasaan baru yang akan saya pertahankan kalau Corona ini berakhir. Plus bonus saya mungkin akan lebih sering memeluk dan minimal cipika cipiki dengan mereka. Janji.

Kamu sendiri, ada perubahan apa selama masa karantina?

Segini dulu deh curhat saya selama Corona. Agak sedih juga postingan pertama tahun 2020 ternyata isinya pandemi. 

Kamu sehat-sehat selalu ya, lain kali kalo kita ketemu, i want to hug you. i love you. stay alive :*




No comments: