AADC2, Film Cinta Yang Sederhana

by - April 30, 2016

Ih aku gak pinter bikin judul postingan ya? :D. 

(Gapapa ya.. namanya juga belajar nulis, hehe)

Mau cerita nih. Tadi siang abis nonton AADC2 (Ada Apa Dengan Cinta 2). Jadi di Malang itu film yang ditayangin cuma dua macem: AADC2 dan Captain America: Civil War. Meskipun saya sangat menunggu-nunggu Civil War, tapi saya jauh lebih penasaran dengan AADC2 karena berbagai alasan.

Satu. Film pertamanya, AADC, adalah salah satu film penting di Indonesia. Karena AADC, perfilman Indonesia mulai menggeliat lagi. Sutradara-sutradara mulai semangat bikin film lagi. Bioskop mulai rame film Indonesia lagi. Karena AADC, remaja Indonesia mulai suka puisi. Puisi dan sastra bukan lagi hal yang selalu dianggap 'berat' atau 'picisan'. Referensi mereka soal sastra bukan lagi cuma sastra Pujangga Lama atau Pujangga Baru. Baca buku sastra di perpus atau kantin sekolah bikin kamu terlihat cool, bukan terlihat antik. Musikalisasi puisi bukan lagi monopoli milik Chairil Anwar atau Sapardi. AADC, bisa dibilang ikut mengubah budaya remaja Indonesia saat itu.

Dua. Setelah sukses bikin baper lewat miniseries AADC dan NIC&MAR di LINE, saya gak sabar ngeliat Nicholas Saputra kembali dipasangkan dengan Dian Sastro di AADC2. Kangen coolnya Nicsap dan cantiknya Dian Sastro di layar lebar.

Tiga. Ini film Indonesia. Kalo gak segera ditonton, keburu turun. Apalagi spoiler sudah bertebaran di mana-mana.


Ganteng apa pun model rambutnya/Foto: IG @mirles

Makanya waktu ditawarin Nana nobar AADC2, saya langsung mau. Bahkan waktu itu rencananya mau booking satu studio untuk jam 8 pagi. Saya ayo aja, walaupun akhirnya sih dapet yang jam 12 siang.

Terus gimana filmnya?.

Misi utama film AADC2 ini simpel banget: menuntaskan hubungan Rangga dan Cinta yang menggantung di ending film pertamanya. Sebenernya mereka berdua pacaran nggak sih? Rangga pernah balik ke Indonesia nggak sih?  Gimana hubungan mereka selama ini? Apa yang terjadi setelah mereka ketemu untuk pertama kalinya setelah sekian lama? Dan semua pertanyaan itu terjawab dengan cerita-cerita yang well, masuk akal.

Semua karakter bermain dengan sangat baik. Rangga, Mamet dan Geng Cinta tumbuh dewasa dengan natural. Bahkan ketidakhadiran Alya juga bukan trus jadi 'hilang' gitu aja, tapi masih bisa bikin mereka tetap utuh menjadi geng Cinta.

Selain akting, soundtrack dan scoring di film ini juga bagus. Ada penampilan Mian Tiara di awal film yang harus diacungi jempol. Saya bukan fans Mian Tiara karena musik-musiknya menurut saya depresif. Di film ini, penghayatan Mian Tiara membuat lagunya terasa cantik sekaligus perih.


Dan memang genjrengan gitar lagu Bimbang itu AADC banget ya?. Dengerin lagu ini muncul lagi di AADC2 rasanya kayak lagi naik mesin waktu. Kalau dulu nonton rasanya ikutan galau, sekarang rasanya kayak pengen pukpuk peluk Rangga. Encouraging gitu maksudnyaa.... ehehe.


Yang gak kalah juara adalah puisi-puisi yang dipakai dalam film ini. Puisi ini sangat mewakili perasaan Rangga. Simpel sih, gak mengumbar banyak kata, tapi pas. Sebelum nonton saya sudah beli buku Tidak Ada New York Hari Ini ciptaan M. Aan Mansyur dengan foto-foto oleh Mo Riza. Baru saya baca beberapa halaman dan sudah bisa mendapat mood-nya Rangga saat itu. Kata-kata itu ajaib memang.

Trus apa lagi ya? Oiya, sudut-sudut kota yang ditampilkan ini bagus banget. Suasana kota yang ditampilkan bukan yang biasa kita temui di film-film. Ini kayak lebih intim dan 'secukupnya' aja gitu. Bukan New York yang sibuk walaupun memang tidak pernah mati. Bukan Jakarta yang sekali liat aja udah bikin capek tapi justru langit Jakarta yang indah dan penuh harapan. Jogja yang saya saksikan juga bukan Jogja yang artistik polesan tapi Jogja yang sederhana, hangat dan apa adanya.

Saya berani taruhan. Setelah ini pasti banyak orang-orang yang bikin trip 'Napak Tilas AADC' mulai dari galeri Eko Nugroho, makan sate klathak, nonton Pappermoon Puppet Theatre, sampai main-main ke Punthuk Setumbu. Siap-siap ya warga Jogja dan Magelang :D.

Overall, saya suka filmnya. AADC2 berhasil mengakhiri tanda tanya yang bergulir selama ini dengan pas dan sederhana. Gak kurang gak lebih. Pesan saya, nontonlah film ini di bioskop secepatnya. Kalau perlu nonton lebih dari sekali. Kalau mau ngajak saya juga gpp. Karena saya masih mau banget nonton film ini lagi.

Nonton yuk!. 

You May Also Like

2 comments

Pengisi Daya

Aku selalu bilang pada diriku sendiri, bahwa mencintaimu ini sebenarnya urusan mudah.  Kamu mungkin tidak menyadarinya, tapi setiap berada d...

AADC2, Film Cinta Yang Sederhana

Ih aku gak pinter bikin judul postingan ya? :D. 

(Gapapa ya.. namanya juga belajar nulis, hehe)

Mau cerita nih. Tadi siang abis nonton AADC2 (Ada Apa Dengan Cinta 2). Jadi di Malang itu film yang ditayangin cuma dua macem: AADC2 dan Captain America: Civil War. Meskipun saya sangat menunggu-nunggu Civil War, tapi saya jauh lebih penasaran dengan AADC2 karena berbagai alasan.

Satu. Film pertamanya, AADC, adalah salah satu film penting di Indonesia. Karena AADC, perfilman Indonesia mulai menggeliat lagi. Sutradara-sutradara mulai semangat bikin film lagi. Bioskop mulai rame film Indonesia lagi. Karena AADC, remaja Indonesia mulai suka puisi. Puisi dan sastra bukan lagi hal yang selalu dianggap 'berat' atau 'picisan'. Referensi mereka soal sastra bukan lagi cuma sastra Pujangga Lama atau Pujangga Baru. Baca buku sastra di perpus atau kantin sekolah bikin kamu terlihat cool, bukan terlihat antik. Musikalisasi puisi bukan lagi monopoli milik Chairil Anwar atau Sapardi. AADC, bisa dibilang ikut mengubah budaya remaja Indonesia saat itu.

Dua. Setelah sukses bikin baper lewat miniseries AADC dan NIC&MAR di LINE, saya gak sabar ngeliat Nicholas Saputra kembali dipasangkan dengan Dian Sastro di AADC2. Kangen coolnya Nicsap dan cantiknya Dian Sastro di layar lebar.

Tiga. Ini film Indonesia. Kalo gak segera ditonton, keburu turun. Apalagi spoiler sudah bertebaran di mana-mana.


Ganteng apa pun model rambutnya/Foto: IG @mirles

Makanya waktu ditawarin Nana nobar AADC2, saya langsung mau. Bahkan waktu itu rencananya mau booking satu studio untuk jam 8 pagi. Saya ayo aja, walaupun akhirnya sih dapet yang jam 12 siang.

Terus gimana filmnya?.

Misi utama film AADC2 ini simpel banget: menuntaskan hubungan Rangga dan Cinta yang menggantung di ending film pertamanya. Sebenernya mereka berdua pacaran nggak sih? Rangga pernah balik ke Indonesia nggak sih?  Gimana hubungan mereka selama ini? Apa yang terjadi setelah mereka ketemu untuk pertama kalinya setelah sekian lama? Dan semua pertanyaan itu terjawab dengan cerita-cerita yang well, masuk akal.

Semua karakter bermain dengan sangat baik. Rangga, Mamet dan Geng Cinta tumbuh dewasa dengan natural. Bahkan ketidakhadiran Alya juga bukan trus jadi 'hilang' gitu aja, tapi masih bisa bikin mereka tetap utuh menjadi geng Cinta.

Selain akting, soundtrack dan scoring di film ini juga bagus. Ada penampilan Mian Tiara di awal film yang harus diacungi jempol. Saya bukan fans Mian Tiara karena musik-musiknya menurut saya depresif. Di film ini, penghayatan Mian Tiara membuat lagunya terasa cantik sekaligus perih.


Dan memang genjrengan gitar lagu Bimbang itu AADC banget ya?. Dengerin lagu ini muncul lagi di AADC2 rasanya kayak lagi naik mesin waktu. Kalau dulu nonton rasanya ikutan galau, sekarang rasanya kayak pengen pukpuk peluk Rangga. Encouraging gitu maksudnyaa.... ehehe.


Yang gak kalah juara adalah puisi-puisi yang dipakai dalam film ini. Puisi ini sangat mewakili perasaan Rangga. Simpel sih, gak mengumbar banyak kata, tapi pas. Sebelum nonton saya sudah beli buku Tidak Ada New York Hari Ini ciptaan M. Aan Mansyur dengan foto-foto oleh Mo Riza. Baru saya baca beberapa halaman dan sudah bisa mendapat mood-nya Rangga saat itu. Kata-kata itu ajaib memang.

Trus apa lagi ya? Oiya, sudut-sudut kota yang ditampilkan ini bagus banget. Suasana kota yang ditampilkan bukan yang biasa kita temui di film-film. Ini kayak lebih intim dan 'secukupnya' aja gitu. Bukan New York yang sibuk walaupun memang tidak pernah mati. Bukan Jakarta yang sekali liat aja udah bikin capek tapi justru langit Jakarta yang indah dan penuh harapan. Jogja yang saya saksikan juga bukan Jogja yang artistik polesan tapi Jogja yang sederhana, hangat dan apa adanya.

Saya berani taruhan. Setelah ini pasti banyak orang-orang yang bikin trip 'Napak Tilas AADC' mulai dari galeri Eko Nugroho, makan sate klathak, nonton Pappermoon Puppet Theatre, sampai main-main ke Punthuk Setumbu. Siap-siap ya warga Jogja dan Magelang :D.

Overall, saya suka filmnya. AADC2 berhasil mengakhiri tanda tanya yang bergulir selama ini dengan pas dan sederhana. Gak kurang gak lebih. Pesan saya, nontonlah film ini di bioskop secepatnya. Kalau perlu nonton lebih dari sekali. Kalau mau ngajak saya juga gpp. Karena saya masih mau banget nonton film ini lagi.

Nonton yuk!. 

2 comments:

bybyq said...

Berhubung saya jauh dan gak bisa nonton, saya nunggu dispoiler saja... :( Dan btw, moga2 Solo juga kecipratan rejekinya...

ratih adiwardhani said...

Hahaha... kapan itu ada akun instagram yang isinya khusus postingan spoiler AADC 2, tapi kayaknya sekarang udah dihapus. Laris banget ini AADC 2, belum sebulan udah 3 juta penonton. And i don't know why kalo di luar negeri itungannya pake nominal mata uang sementara di Indonesia itungan box office adalah jumlah penonton.

Anyway aku akhir bulan insya Allah maen ke Solo, horee :D