Salah mengenal Sejarah (Foto Bung Tomo)

by - November 18, 2010



Kalau anda googling tentang Bung Tomo, foto ini pasti muncul di bagian paling atas. Pelajaran sejarah kemudian mengajarkan bahwa foto tersebut adalah foto ketika Bung Tomo sedang berorasi untuk membakar semangat perlawanan para pejuang dalam perang 10 November 1945 di Surabaya. Tidak salah kalau wikipedia pun mencantumkan foto di atas dalam halaman Peristiwa 10 November 1945.

Tapi tahukah anda kalau foto tersebut bukan diambil pada saat perang tersebut terjadi?. Dalam program Mata Najwa episode Kronik Historika kemarin malam, Bonnie Triyana, Pemred Majalah Historia Online mengatakan bahwa foto tersebut ternyata bukan saksi bisu perang kemerdekaan seperti yang kita kenal selama ini. Yudhi Soerjoatmodjo, kurator foto,menemukan bahwa foto ini sebenarnya terjadi tahun 1946. Foto ini diambil ketika Bung Tomo berpidato untuk mengumpulkan bahan bantuan bagi korban perang 10 November 1945. Peristiwa itu tidak terjadi di Surabaya, melainkan di Malang, tempat saya tinggal :D (Walaupun ada juga sumber lain yang menyebutkan kalau foto tersebut diambil di Mojokerto).

Dari episode Mata Najwa kemarin juga diungkap beberapa fakta sejarah lain, termasuk salah satunya sejarah yang paling sering dipelintir : Peristiwa Gerakan 30 September 1965. Dari hasil visum 7 perwira Angkatan Darat tidak ditemukan bahwa pernah terjadi pencongkelan mata dan penyiletan alat kelamin yang katanya dilakukan oleh Gerwani. Sebenarnya Presiden Sukarno sudah pernah menyatakan bahwa dalam pidatonya bahwa memang jasad para perwira tersebut utuh, tidak ada luka iris dan luka potong, tetapi pidato beliau sudah tidak didengar lagi oleh pers, mengingat beliau sudah dilengserkan ketika itu. Monopoli kebenaran? Propaganda? Tentu saja. Dan harus diakui bahwa propagandanya berhasil.

Banyak cerita sejarah yang kita dengar, tapi kita tidak bisa memastikan apa yang kita dengar adalah benar. Kesalahan dalam pencatatan sejarah selama ini adalah bahwa sejarah selalu ditulis oleh yang menang perang, oleh penguasa. Seharusnya sejarah dicatat seperti statistik pertandingan bola, ditulis detail, urut, apa adanya dan tanpa intervensi. Cerita di balik layar, komentar penonton, pemenang dan mereka yang kalah, hanyalah bumbu dibalik peristiwa sebenarnya. Bukan begitu?

You May Also Like

2 comments

Pengisi Daya

Aku selalu bilang pada diriku sendiri, bahwa mencintaimu ini sebenarnya urusan mudah.  Kamu mungkin tidak menyadarinya, tapi setiap berada d...

Salah mengenal Sejarah (Foto Bung Tomo)



Kalau anda googling tentang Bung Tomo, foto ini pasti muncul di bagian paling atas. Pelajaran sejarah kemudian mengajarkan bahwa foto tersebut adalah foto ketika Bung Tomo sedang berorasi untuk membakar semangat perlawanan para pejuang dalam perang 10 November 1945 di Surabaya. Tidak salah kalau wikipedia pun mencantumkan foto di atas dalam halaman Peristiwa 10 November 1945.

Tapi tahukah anda kalau foto tersebut bukan diambil pada saat perang tersebut terjadi?. Dalam program Mata Najwa episode Kronik Historika kemarin malam, Bonnie Triyana, Pemred Majalah Historia Online mengatakan bahwa foto tersebut ternyata bukan saksi bisu perang kemerdekaan seperti yang kita kenal selama ini. Yudhi Soerjoatmodjo, kurator foto,menemukan bahwa foto ini sebenarnya terjadi tahun 1946. Foto ini diambil ketika Bung Tomo berpidato untuk mengumpulkan bahan bantuan bagi korban perang 10 November 1945. Peristiwa itu tidak terjadi di Surabaya, melainkan di Malang, tempat saya tinggal :D (Walaupun ada juga sumber lain yang menyebutkan kalau foto tersebut diambil di Mojokerto).

Dari episode Mata Najwa kemarin juga diungkap beberapa fakta sejarah lain, termasuk salah satunya sejarah yang paling sering dipelintir : Peristiwa Gerakan 30 September 1965. Dari hasil visum 7 perwira Angkatan Darat tidak ditemukan bahwa pernah terjadi pencongkelan mata dan penyiletan alat kelamin yang katanya dilakukan oleh Gerwani. Sebenarnya Presiden Sukarno sudah pernah menyatakan bahwa dalam pidatonya bahwa memang jasad para perwira tersebut utuh, tidak ada luka iris dan luka potong, tetapi pidato beliau sudah tidak didengar lagi oleh pers, mengingat beliau sudah dilengserkan ketika itu. Monopoli kebenaran? Propaganda? Tentu saja. Dan harus diakui bahwa propagandanya berhasil.

Banyak cerita sejarah yang kita dengar, tapi kita tidak bisa memastikan apa yang kita dengar adalah benar. Kesalahan dalam pencatatan sejarah selama ini adalah bahwa sejarah selalu ditulis oleh yang menang perang, oleh penguasa. Seharusnya sejarah dicatat seperti statistik pertandingan bola, ditulis detail, urut, apa adanya dan tanpa intervensi. Cerita di balik layar, komentar penonton, pemenang dan mereka yang kalah, hanyalah bumbu dibalik peristiwa sebenarnya. Bukan begitu?

2 comments:

Haqqi said...

Yah, tahu gitu tanya mbak aja waktu ada lomba menulis tentang G30sPKI... sayang udah lewat..

ratih adiwardhani said...

Wah, lombanya ngapain aja? Penasaran karya yang menang :D