Pengisi Daya

Aku selalu bilang pada diriku sendiri, bahwa mencintaimu ini sebenarnya urusan mudah.  Kamu mungkin tidak menyadarinya, tapi setiap berada d...

another lullaby

currently listening to :




I miss those blue eyes . How you kiss me at night
I miss the way we sleep

Like there's no sunrise . Like the taste of your smile
I miss the way we breathe

But I never told you . What I should have said
No, I never told you . I just held it in

And now, I miss everything about you
Can't believe that I still want you
And after all the things we've been through
I miss everything about you
Without you

I see your blue eyes . Everytime I close mine
You make it hard to see . Where I belong to
When I'm not around you

It's like I'm alone with me



.: adiwardhani :.
Tadinya saya mau bilang :

"kalo nggak ngerti masalah yang sebenernya, mending nggak usah komentar"

tapi itu berarti saya melanggar pasal 28 UUD 1945 tentang kebebasan berpendapat. Jadi saya biarkan saja orang lain yang tidak begitu paham tentang apa yang sebenarnya terjadi untuk berkomentar. Semua berhak untuk mengutarakan pendapat sesuai pemahaman mereka dan saya menghormati itu.

Tapi saya juga bosen denger komentar ngasal yang nggak berdasar. Komentarnya nggak ngasih solusi, malah bikin depresi. Tapi lagi, saya tetep pengen menghargai itu semua. Yah silakan lah mau ngomong apa aja. Saya punya sudut pandang sendiri, begitu juga kalian. Cara apapun yang diambil nanti, pada akhirnya yang ngejalanin juga bukan anda kan?




.: adiwardhani :.

17an tahun ini


gambar diculik dari google logo

Tahun ini 17 Agustus jatuh bertepatan dengan bulan Ramadhan, sama dengan 65 tahun lalu. Tidak ada perayaan meriah seperti biasanya. Tidak ada lomba makan kerupuk, panjat pinang, balap karung, dll. Jadi lebih sepi, memang, tapi tidak di twitter. Sejak awal Agustus di twitter sudah ramai tagar mana yang akan digunakan untuk membuat momen hari kemerdekaan Indonesia ini bertengger di twitter. Indonesia memang juaranya twitter, jangan heran kalau tiba-tiba di trending topics muncul kalimat : "Indonesia Wants Paramore", "Marmut Merah Jambu", "Happy Bday Vidi", "Selamat berbuka", bahkan "Bieber-Selena Gomez pacaran". Kadang agak berlebihan memang biggrin. Dari beberapa tagar yang digunakan, rupanya yang berhasil masuk daftar trending topics adalah #Indonesia65, #Merdeka.

Berbarengan tagar itu muncul ucapan, harapan dan kritikan bagi Indonesia. Lucu-lucu. Ada yang pesimis banget, ada yang optimis banget. Tapi dari semua komentar pesimis itu, semuanya keliatan masih menaruh harapan besar sama Indonesia. Benar kata Koil di lagu Sistem Kepemilikan, "Ini adalah negara bodoh yang sangat aku bela". Sebobrok-bobroknya negara ini, ternyata susah untuk tidak jatuh cinta pada Indonesia. Lalu kenapa kalau cinta Indonesia? Kenapa kalau masih peduli sama Indonesia?

Jawabannya hampir sama seperti penutup postingan saya setahun lalu : Bangsa ini bangsamu. Indonesia sudah ada dalam darahmu. Pilih sendiri perjuanganmu untuk Indonesia. Saya juga masih nyari..









.: adiwardhani :.

Katanya, mata uang kita mau dipotong

Menurut narasi berita di teve, Gubernur Bank Indonesia mengeluarkan wacana untuk memotong nilai Rupiah. Dipotong? Sanering dong, kaya waktu tahun 60an?. Oh bukan. Setelah disimak beritanya ternyata yang dimaksud bukan sanering tapi redenominasi.



Redenominasi dan sanering

Apa itu redenominasi? Mirip dengan sanering, redenominasi adalah pemotongan nilai mata uang tanpa diikuti nilai tukar atau daya belinya. Atau gampangnya, dalam redenominasi yang terjadi adalah “pemangkasan angka nol” di mata uangnya. Sedangkan sanering adalah pemotongan nilai mata uang yang diikuti dengan pemotongan nilai tukar.

Ilustrasinya begini, misalnya Indonesia memberlakukan redenominasi dimana Rp 10.000 akan menjadi Rp 10. Harga telur dari Rp 10.000 juga akan ikut jadi Rp 10, sehingga bisa beli telur dengan pecahan Rp 10 tadi.

Kalau Indonesia memberlakukan sanering dimana Rp 10.000 sama dengan Rp 10, harga telur bisa jadi tetap Rp 10.000, sehingga untuk beli telur butuh seribu lembar Rp 10.

Sanering biasanya dilakukan saat perekonomian tidak sehat dan tingkat inflasi tinggi, sedangkan redenominasi biasanya dilakukan di saat ekspektasi inflasi rendah dan pergerakannya stabil terkendali.



Mengapa redenominasi?


Menurut Darmin Nasution, salah satu alasan redenominasi adalah untuk memudahkan pencatatan transaksi dalam pembukuan ataupun alat hitung. Melihat semakin transaksi ekonomi yang semakin tinggi dengan nominal yang semakin besar, dikhawatirkan dengan mata uang sekarang nantinya akan kesulitan dalam pencatatan pembukuannya.

Mata uang Indonesia termasuk mata uang yang punya pecahan tertinggi di dunia, dari Rp 50, 100, 1000 sampai 100.000. Negara lain yang punya mata uang besar adalah Vietnam, yang tertinggi sampai 500.000 Dong Vietnam. Zimbabwe bahkan punya pecahan sampai dengan seratus juta Dollar Zimbabwe. Memang USA punya pecahan 100.000 USD tapi tidak dapat digunakan dalam perdagangan bebas.

Menurut beliau, ada banyak transaksi keuangan yang sekali transaksi bisa sampai 18 digit. Bayangkan bagaimana rekap transaksi itu dalam sebulan? Setahun? Dengan redenominasi ini diharapkan dapat mempermudah pencatatan dan penyebutannya. Alasannya masuk akal, walaupun menurut saya seharusnya sistem pencatatan memang sudah disiapkan untuk mengantisipasi hal ini.

Kaitannya dengan nilai tukar rupiah, redenominasi rupiah tidak berkaitan langsung dengan penguatan nilai tukar. Misalnya sebelum redenominasi 1 USD = 9.000 IDR, maka setelah redenominasi 1 USD = 9 IDR. Tidak berarti setelah redenominasi lalu mata uang kita menguat jadi 1 USD = 5 IDR atau mungkin kembali ke 1 USD 2 IDR. Namun redenominasi ini bisa mendorong masyarakat untuk tidak memborong USD dan bisa berdampak pada penguatan rupiah (dalam jangka waktu yang sangat panjang, tentunya).



Kenapa tidak ditulis dengan “K” ?


Penulisan K (K=Kilo=Ribu) untuk menggantikan penulisan angka ribuan memang sudah banyak dilakukan. Menulis tahun 2000 dengan 2K, 2010 dengan 2KX, begitu juga daftar harga di cafe-cafe atau hotel. Lalu kenapa rupiah tidak ditulis dengan cara yang sama daripada redenominasi?

Karena negara lain tidak begitu, bentuk penulisan begitu juga tidak baku, hehe..sengihnampakgigi. Lagipula redenominasi belum tentu memotong 3 digit angka nol, bisa lebih bisa kurang.



Redenominasi di negara lain


Contoh negara lain yang melakukan redenominasi adalah Turki dan Rumania. Sejak 2006 lalu Turki memotong 4 digit mata uangnya dan Rumania memotong 6 digit. Ghana malah memotong sampai 12 digit.

Banyak alasan mengapa dirasa perlu melakukan redenominasi. Di Rumania, redenominasi digunakan sebagai salah satu cara untuk menandai perubahan sistem perekonomian dari sistem ekonomi komunis ke ekonomi pasar bebas. Sedangkan Turki memilih redenominasi untuk menjaga kepercayaan terhadap mata uangnya karena Lira juga beredar bebas di negara lain bersama dengan mata uang Euro.

Secara keseluruhan tujuannya sama, ingin menstabilkan perekonomian dengan menjaga nilai mata uang nasional.




Kalau Indonesia melakukan redenominasi...


Salah satu syarat utamanya adalah tingkat inflasinya stabil, pemerintah perlu menjamin bahwa pasokan bahan kebutuhan lancar sehingga harga barang tidak melonjak naik.

Sosialisasi dan perubahan sistem. Masyarakat kita kan gampang heboh, kalau heboh ini memicu kepanikan untuk memborong USD karena takut IDR enggak ada harganya, hal ini bisa menggoyahkan nilai rupiah. Masyarakat dan kalangan dunia usaha perlu diyakinkan bahwa ini hanya persoalan teknis, tidak ada hubungannya dengan harga saham atau kurs dollar.

Jangan lupa masyarakat yang ada di pelosok. Teman saya pernah cerita di suatu daerah ada tukang parkir yang tidak mau menerima pecahan uang 2000 baru karena menurutnya itu uang mainan. Padahal uang itu sudah cukup lama beredar. Sosialisasi harus merata di seluruh Indonesia dan seluruh lapisan masyarakat, mulai dari pedagang pasar di desa-desa, adik-adik yang baru belajar mengenal uang, eyang-eyang kita, dari nelayan di tepi pantai sampai mereka yang ada di puncak gunung harus paham tentang ini.

Pasti akan ada perubahan di sistem pencatatan seperti di buku tabungan, dan sistem akuntansi di perusahaan manapun. Bahkan perangko, materai, pulsa, tarif jalan tol, argo taksi pun akan ikut menyesuaikan.

Mulai dari sekarang. Kalau memang serius mau redenominasi, bersiap-siaplah dari sekarang karena kalau tidak biayanya nanti akan sangat besar. Tidak cuma biaya sosialisasi dan perubahan sistem, tapi biaya untuk mencetak uang baru juga tentunya sangat besar duit.

Butuh waktu lama untuk menyiapkan redenominasi. Kalau disetujui pemerintah, rencana ini akan dimulai tahun 2013 dengan mulai mengeluarkan 1 rupiah baru. Proses transisi ini akan kita jumpai uang lama dan uang baru, kemudian di toko-toko juga akan ada label harga lama dan harga baru. Sampai akhirnya pada tahun 2022 diharapkan seluruh mata uang rupiah lama sudah ditarik dan hanya uang rupiah baru yang berlaku.

Selesai? Belum. Berhasil atau tidaknya masih perlu dilihat selama beberapa tahun mendatang. Memang ada hal-hal lain yang jauh lebih mendesak yang perlu dipikirkan oleh Bank Indonenesia daripada redenominasi, tapi redenominasi kan memang bukan sesuatu yang bisa dilaksanakan dari sekarang?. Kita lihat saja nanti, toh sampai hari ini masih jadi wacana sengihnampakgigi.